Minggu, 06 Februari 2011

Sebelum 2007, petani madu Sumbawa bekerja tanpa "teman", justru sebaliknya. Sebaliknya mereka bekerja dengan situasi yang menjerat, bahkan berdampak pada harga madu di level petani yang sampai 2007 tidak bergerak naik dari Rp. 15.000 per botol. Sungguh situasi yang tidak mengenakkan bagi petani madu Sumbawa. Produk yang begitu sulit di dapat dari prosesi yang "heroik" dari masyarakat hingga petani madu jatuh dari pohon tinggi yang memiliki sarang lebah (bahasa Sumbawa: boan). Madu hutan di Sumbawa dikenal dari species Apis dorsata, merupakan jenis dominan di Pulau Sumbawa.

Keberadaan Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) yang berdiri sejak 2007, membuka ruang baru bagi tumbuhnya pasar madu hutan yang lebih prestisius. JMHS yang merupakan bagian dari Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) secara bersama-sama membangun kembali keberdayaan petani dengan memberikan titik tekan pada perbaikan kualitas madu hutan dan pasar madu hutan.Potensi madu Sumbawa mencapai 125 ton per tahun. Data Internal Monitoring Report (IMR) JMHS 2010 menunjukkan potensi madu yang dapat diorganiser oleh JMHS bisa mencapai 45 ton per tahun.

Sejak tahun 2008, JMHS berhasil menembus pasar AMWAY sebuah perusahaan multi level marketing dengan total penjualan madu mencapai 6 ton sampai 2010. Berhasilnya JMHS menembus pasar perusahaan multi level marketing ini tidak lepas dari kemitraan dengan PD. Dian Niaga sayap bisnis JMHI. Prosesinya memakan waktu cukup lama, selama satu tahun JMHI/JMHS meyakinkan board AMWAY. Hingga saat ini madu hutan yang dipasarkan oleh AMWAY berasal dari APDS (Asosiasi Periau Danau Sentarum) dari Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat dan JMHS dari Sumbawa.

1 komentar: