Senin, 17 Oktober 2011
Asia Regional Workshop on Nutrition and Health Benefits
on The Apis dorsata and Triggona Spp.di kebun Raya Bogor
Temu Petani Madu Asia, tampak dari Sulawesi, Sumbawa (2 orang M. Rakin - Ketua JMHS dan Junaidi Zain), dari Vietnam, Philipina, India dan Nepal)
Kegiatan Madhu Duniya merupakan pertemuan para petani madu, praktisi dan ilmuan madu di Asia di Laksanakan di Kebun Raya Bogor 19-20 September 2011. kegiatan Madhu Duniya yang kedua diadakan di Indonesia setelah yang pertama dilaksanakan di India tahun 2007. Kegiatan Madhu Duniya dibagi dalam dua kegiatan yakni Asia Regional Workshop on Nutrition and Health Benefits on The Apis dorsata and Triggona Spp. Kegiatan Workshop diikuti oleh para ilmuan madu dari Malaysia, Vietnam, India, Kamboja, Philipina, Nepal dan Indonesia. Indonesia sendiri perwakilan dari berbagai daerah anggota Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI), termasuk dari Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) yakni Julmansyah.
Kegiatan Kedua yakni Pertemua para petani madu Asia yang dikemas dalm Pertemuan Tahunan (annual meeting) JMHI di Taman Nasional Ujung Kulon.
Kegiatan Asia Regional Workshop on Nutrition and Health Benefits on The Apis dorsata and Triggona Spp dengan pemaparan para ahli antara lain:
- Nutritional, health value of bee pollen & best ways to handle and preserve oleh Dr.Phung Huu Chinh & Le Quang Trung Bee Research & Development Centre (BRDC) dari Vietnam;
- Bees Our Region, oleh Leo dari India
- The Cambodian Federation For Bee Conservation and Community-Based Wild Honey Enterprises
- Bioactivities of bee products in Thailand Oleh Chanpen Chancha, Department of Biology, Faculty of Science, Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand
- Nutritional values of honey-Wild honey
- The NATRIPAL HONEY Story From the last forest frontier --- Palawan, Philippines
- THE POTENTIAL HEALTH BENEFITS OF TUALANG HONEY BASED ON RECENT RESEARCH FINDINGS Oleh Siti Amrah Sulaiman [MD; MMedSci;PhD] Coordinator for T&CM Research Group School of Medical Sciences Health Campus, Universiti Sains Malaysia 16150 Kubang Kerian, Kelantan, MALAYSIA.
- IMPROVING THE WELFARE OF THE LOCAL COMMUNITY AND ENVIRONMENT THROUGH FOREST HONEY BEE IN INDONESIA Oleh Hermanto JMHI
- From Forest Gate to Sophisticated Market, Oleh Johnny Utama Dian Niaga Jakarta
- From Money Laundering to Honey Laundering: The Horror Story!, The Impact on Health and Nutrition.
Sungguh banyak pengalaman bagaimana praktek pengelolaan madu hutan (apis dorsata) di banyak negara Asia. Di Vietnam dan Camboja, kelompok masyarakatnya mereka telah bergerak pada produk turunan dari madu hutan. Sementara kita di Sumbawa masih berputar hanya di produk madu. ada banyak turunan madu yang bisa bermanfaat untuk kesehatan, antara lain Beebread atau beepolen.
Minggu, 14 Agustus 2011
Lesson Learned Jaringan Madu Hutan Indonesia dipresentasikan di 2nd Regional Forum
di Bangkok Thailand, yang di moderatori oleh Maria Cristinna Guetterro dari NTFP EP Philipina
Bersama mitra NTFP EP di stand Pemeran hasil hutan bukan kayu jaringan NTFP EP Asia Tenggara
Foto bersama participans Indonesia di 2nd Regional Forum Bangkok Thailand, saat penutupan acara
tampak di tengah menggunakan jaket Dr. Ir. Haryadi Himawan dari Sekretariat ASEAN Social Forestry Network (ASFN) yang juga Direktur Bina Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan RI.
Dalam rangka International Year of the Forest 2011, dengan tema sentral People and Forest maka dilaksanakan 2nd Regional Forum untuk Asia Pasifik di Bangkok Thailand dari 8 – 9 Agustus 2011. Tema pada 2nd Regional Forum ini adalah Community Forestry: Key to Solving Current and Emerging Challenges. Pertemuan ini dihadiri oleh 20 negara dengan 180 peserta terdiri dari lembaga donor, perwakilan pemerintah, LSM international, LSM lokal, para pelaku kehutanan masyarakat yang tersebar di semua Negara peserta. Pertemuan ini membahas kondisi terkini, perkembangan serta pelajaran (cerita sukses) selama parapihak bekerja melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan. Fokus pembahasannya bagaimana kondisi sekarang dan tantangan yang muncul dalam pengembangan kehutanan masyarakat (community forestry).
Pertemuan ini sangat strategis bagi pelaku dan promotor kehutanan masyarakat di Asia Pasifik, sehingga panitia mengundang para pelaku dari berbagai Negara, kelompok maupun LSM dan perguruan tinggi untuk mempresentasikan pengalamannya bekerja melibatkan masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hutan. Setengah hari pertama diisi dengan pandangan para ahli tentang kehutanan masyarakat. Kemudian setengah harinya kembali diisi dengan 24 contoh inovasi serta inisiatif berbasis masyarakat dari semua negara. Pembahasan inisiatif ini dilaksanakan secara paralel, dan Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) yang mewakili Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) wakili oleh Julmansyah, berkesempatan menyampaikan pengalaman serta beberapa capaian hasil bekerja bersama masyarakat madu di Indonesia secara umum. Paparan pengalaman ini masuk dalam sub tema income generation dan market acces (peningkatan pendapatan dan akses pasar) terutama untuk hasil hutan bukan kayu. Pada sesi ini dipresentaskan pengalaman dari Indonesia (pengelolaan madu hutan), Philipina (pemasaran NTFP), China Agricultural University (tentang Bambu), Asia Network for Suistainable Agriculture & Bioresources–Nepal (pemasaran hasil hutan bukan kayu), The Nature Conservation Papua New Guinea (Jasa Lingkungan).
Hari kedua forum ini akan merumuskan Visi Kehutanan Masyarakat di 2020 serta merumuskan rencana aksi bagi seluruh negara peserta.Acara ini diorganiser oleh badan pangan dunia FAO, Japan International Cooperation Agency (JICA), ASEAN Social Forestry Network (ASFN), Departemen Kehutanan Kerajaan Thailand dan RECOFT.
Pertemuan seperti sekaligus merupakan sarana untuk saling tukar menukar informasi, pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mempromosikan kehutanan masyarakat (community forestry). Pada ruang berbeda di arena pertemuan terdapat pameran dan pemutaran film dari berbagai inisiatif di Asia Pasifik. Seluruh peserta yang memiliki film dokumenter tentang program/proyek di negara masing-masing turut juga diputar. Dari Sumbawa juga disampaikan film dokumenter “BOAN The Guardian Sumbawa River Basin/Watershed”. Film ini menceritakan bagaimana pohon Boan menjadi salah factor yang harus dijadikan pintu masuk dalam menjaga DAS di Sumbawa, khususnya Sub DAS Batulanteh yang hulunya di Desa Batudulang.
Rabu, 13 Juli 2011
Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) berpartisipasi mensukseskan Gebyar Madu Nusantara di Mataram 12 Juli 2011 serta pemecahan rekor minum madu. Kegiatan tersebut menjadi rangkaian International Conference Forest Land Tenure di Lombok. Berikut Foto Kegiatan tersebut:
Ket Gambar: Tampak Stand JMHS di arena International Conference Forest Land Tenure, tampak pengurus JMHS Sdr. Junaidi Zain
Ket. Gambar: Di arena Gebyar Madu Nusantara dan Minum Madu di depan Kantor Gubernur NTB. Stand JMHS di serbu pengunjung tampak produk madu JMHS di tangan pengunjung
Ket. Gambar: Tampak Ketua JMHS Sdr M. Rakib di stand JMHS di arena conferensi bersama salah seorang peserta dari Afrika
Ket. Gambar: Ketua JMHS bersama Wakil Gubernur NTB di area Gebyar Madu Nusantara, tampak produk madu JMHS di atas meja
Ket. Gambar: Ketua JMHS bersama Menteri Kehutanan di depan stand JMHS di arena Minum Madu dan Gebyar Madu Nusantara, tampak Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan memegang Buku "Madu Hutan Menekan Deforestasi", yang diterbitkan oleh JMHS bersama EGP The Netherland
Rabu, 29 Juni 2011
Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) menjadi salah satu partisipan pada ASEAN One Village One Product (OVOP). JMHS mewakili produk-produk kehutanan yang berbasis masyarakat dengan kualitas produk yang baik. Ini sebuah pengakuan dari kementerian terhadap kiprah Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS).
Seminar berskala ASEAN dan pameran (exhibition) yang diikuti oleh seluruh negara ASEAN dengan produk-produk yang berbasis desa (one village). Seminar dan pameran ini telah dilaksanakan 14-15 November 2009 di The Westin Resort Nusa Dua - Bali Indonesia. Khusus dari NTB, komoditi madu hutan (beeforest) dan kerajinan gerabah. Dalam kegiatan ini, seluruh pembiayaan pameran ini dari JMHS.
Pesannya, JMHS dapat menjadi prototipe organisasi rakyat yang tidak tergantung dengan pembinaan dan pembiayaan pemerintah. proses fasilitasi dan pengembangannya dapat menjadi acuan organisasi masyarakat/rakyat yang lain sehingga kedepan ada keberlanjutannntya.
Senin, 02 Mei 2011
Sejak kehadiran Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS), 2007 lalu, membuat harga madu di petani melonjak naik dari berkisar Rp. 15.000 - 17.000,- menjadi Rp. 25.000,-. Mengingat JMHS mengeluarkan harga dasar madu, sehingga petani menjadi lebih aman. Harga yag ditawarkan oleh JMHS pada kelompok dampingannya merupakan harga madu dengan teknik tiris bukan peras tangan, sehingga madu yang dihasilkan lebih jernih dan higienis. Selama ini madu Sumbawa yang dihasilkan oleh petani madu semuanya menggunakan peras tangan, sehingga ini yang mengakibatkan madu menjadi tidak bersih dan cenderung kotor.
Pada sisi lain, dari pemasaran madu JMHS, sebagian hasil penjualan dikembalikan kepada petani madu. pada tahun 2009, JMHS bersama Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) memberikan profit sharing (bagi hasil) kepada petani madu Sumbawa sekitar sembilan juta rupiah. Disamping JMHS tetap memberikan pelatihan dan bantuan alat panen amdu bagi petani anggota JMHS.
Saat ini JMHS sudah mengeluarkan berbagai kemasan madu yakni:
email: jaringanmaduhutansumbawa@gmail.com
atau sdri. Endang Komaladewi email: endangkomala@yahoo.com
Pada sisi lain, dari pemasaran madu JMHS, sebagian hasil penjualan dikembalikan kepada petani madu. pada tahun 2009, JMHS bersama Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) memberikan profit sharing (bagi hasil) kepada petani madu Sumbawa sekitar sembilan juta rupiah. Disamping JMHS tetap memberikan pelatihan dan bantuan alat panen amdu bagi petani anggota JMHS.
Saat ini JMHS sudah mengeluarkan berbagai kemasan madu yakni:
- Kemasan 300 ml dengan harga Rp. 35.000,- ukuran botol selai dari botol kaca (lihat gambar)
- Kemasal 170 ml dengan harga Rp. 25.000,- ukuran botol selai dengan bahan plastik food grade
- Kemasan 500 ml dengan harga Rp. 50.000,- ukuran jerrigen kecil
email: jaringanmaduhutansumbawa@gmail.com
atau sdri. Endang Komaladewi email: endangkomala@yahoo.com
Sabtu, 09 April 2011
Madu Sumbawa dihaslkan oleh lebah hutan Apis dorsata. Lebah ini merupakan katagori lebah raksasa yang belum dapat di domestikasi. Lebah ini berbeda dengan lebah ternak dengan jenis Apis meliffera maupun Apis cerana yang banyak diternakan di sebagian besar Pulau Jawa. Pakan (nectar) Apis dorsata tersebar di kawasan hutan alam yang jauh dari input-input atau treatment yang berpotensi merusak potensi organik.
Menurut Guidance manual for organic collection of wild plants SIPPO Wild Collection Manual yang dikeluarkan oleh IMO (Institute for Marcetology) menjelaskan bahwa terdapat tiga kategorisasi sertifikas tanaman atau tumbuhan maupun hewan liar.
Menurut Guidance manual for organic collection of wild plants SIPPO Wild Collection Manual yang dikeluarkan oleh IMO (Institute for Marcetology) menjelaskan bahwa terdapat tiga kategorisasi sertifikas tanaman atau tumbuhan maupun hewan liar.
- Tanaman dikumpulkan tumbuh secara alami di daerah, yang belum diberi perlakuan atau yang belum diberi selama 3 tahun.
- Area pengumpulan tidak dimiliki oleh perusahaan itu sendiri (tanah publik)
- Tanaman yang dikumpulkan harus tumbuh dan beregenerasi secara alami tanpa ada perlakuan sesuai dengan pertanian
- Yang disertifikasi merupakan tanaman tumbuh di daerah yang disetujui (oleh pengesah terakreditasi).
Untuk menjawab kebutuhan akan sertifikasi organik JMHS bersama BioCert IFOAm akan melakukan sertifikas organik madu Sumbawa. Dengan adanya sertifikasi ini madu Sumbawa berpotensi untuk dapat masuk ke pasar internasional.
Kamis, 07 April 2011
Usaha pertambangan saat ini selalu dikonotasikan dengan kerusakan hutan dan pencemaran alam, bahkan terjadi juga penggusuran masyarakat lokal untuk tidak dikatakan pembersihan etnis (genosida). Praktek pertambangan jaman dulu nampaknya sudah mulai bergesar menjadi lebih arif lingkungan. Akibat dari menguatnya kesadaran negara terhadap hak azasi manusia dan demokratisasi pengelolaan sumber daya alam.
Perubahan bentang alam akibat pertambangan terbuka merupakan sesuatu yang niscaya. Pencemaran laut akibat pembuangan tailling tidak bisa dihindari. bahkan inflasi di daerah sekitar tambang lantas tanggung jawab siapa?. Fakta ekologis di Papua, Kalimantan bahkan di Pulau Belitong bekas tambang Timah menyisakan kepiluan masyarakat Melayu Belitong. Kita bisa menyaksikan tragedi itu di Sekuel Laskar Pelangi.
Bagaimana dengan Pertambangan di Sumbawa yang telah beroperasi perusahaan pertambangan tembaga dan emas PT. Newmont Nusa Tenggara?. Sumbawa merupakan daerah yang dikenal dengan kemilau Madu Hutan sehingga dikenal madu Sumbawa. Bagi masyarakat pedesaan Sumbawa, usaha pengambilan madu hutan merupakan usaha turun temurun bahkan telah menjadi second income atau pendapatan kedua setelah usaha pertanian, perkebunan dan peternakan. Icon madu Sumbawa telah dikenal luas dan bahkan brand madu Sumbawa telah menjadi begitu populernya. Kini keberadaan madu Sumbawa mulai mendapat ancaman baru yakni perusahaan pertambangan. usaha pertambangan akan membuka hutan serta menebang pohon yang selama ini menjadi pakan lebah (nectar). Suara raungan alat berat pertambangan serta debu yang berterbangan akan mempengaruhi keberadaan lebah hutan si penghasil manisnya madu.
Dalam kaca mata ekologi, keberadaan lebah hutan merupakan bagian penting dalam mata rantai ekosistem. Fungsi strategis lebah sebagai penyerbuk tanaman hutan (pollination). Penyebukan merupakan pertemuan putik dan tepung sari yang menghasilkan bungan kemudian buah. Buah kemudian menghaslkan anakan pohon yang kemudian melalui suksesi alam menjadi hutan primer.
Selanjutnya mari kita merenung jika akibat keberadaan pertambangan menghilangkan mata pencaharian masyarakat Sumbawa yang tersebar di ratusan desa serta hilangannya lebah yang berperan sebagai penjamin kelangsungan ekosistem, hutan tanah dan air.
Perubahan bentang alam akibat pertambangan terbuka merupakan sesuatu yang niscaya. Pencemaran laut akibat pembuangan tailling tidak bisa dihindari. bahkan inflasi di daerah sekitar tambang lantas tanggung jawab siapa?. Fakta ekologis di Papua, Kalimantan bahkan di Pulau Belitong bekas tambang Timah menyisakan kepiluan masyarakat Melayu Belitong. Kita bisa menyaksikan tragedi itu di Sekuel Laskar Pelangi.
Bagaimana dengan Pertambangan di Sumbawa yang telah beroperasi perusahaan pertambangan tembaga dan emas PT. Newmont Nusa Tenggara?. Sumbawa merupakan daerah yang dikenal dengan kemilau Madu Hutan sehingga dikenal madu Sumbawa. Bagi masyarakat pedesaan Sumbawa, usaha pengambilan madu hutan merupakan usaha turun temurun bahkan telah menjadi second income atau pendapatan kedua setelah usaha pertanian, perkebunan dan peternakan. Icon madu Sumbawa telah dikenal luas dan bahkan brand madu Sumbawa telah menjadi begitu populernya. Kini keberadaan madu Sumbawa mulai mendapat ancaman baru yakni perusahaan pertambangan. usaha pertambangan akan membuka hutan serta menebang pohon yang selama ini menjadi pakan lebah (nectar). Suara raungan alat berat pertambangan serta debu yang berterbangan akan mempengaruhi keberadaan lebah hutan si penghasil manisnya madu.
Dalam kaca mata ekologi, keberadaan lebah hutan merupakan bagian penting dalam mata rantai ekosistem. Fungsi strategis lebah sebagai penyerbuk tanaman hutan (pollination). Penyebukan merupakan pertemuan putik dan tepung sari yang menghasilkan bungan kemudian buah. Buah kemudian menghaslkan anakan pohon yang kemudian melalui suksesi alam menjadi hutan primer.
Selanjutnya mari kita merenung jika akibat keberadaan pertambangan menghilangkan mata pencaharian masyarakat Sumbawa yang tersebar di ratusan desa serta hilangannya lebah yang berperan sebagai penjamin kelangsungan ekosistem, hutan tanah dan air.
Rabu, 16 Februari 2011
Sebanyak 38 petani Hutan Kemasyarakatan (Hkm) dari Sesaot Lombok Barat, Santong Lombok Utara, Lombok Tengah dan Lombok Timur dari tanggal 14 - 15 Februari 2011. Didampingi oleh KONSEPSI NTB (Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi). Semua lokas Hkm ini merupakan site KONSEPSI yang dibiayai melalui The Ford Foundation. Dari lokas Hkm di Lombok ini, Hkm Sesaot telah mendapatkan ijin IUPHkm dari Bupati Lombok Barat. Sementara lokasi Hkm yang lain telah mendapatkan pencadangan areal dari Menteri Kehutanan.
Tujuan studi banding; petani Hkm ingin belajar tentang pengemasan dan pemasaran hasil hutan bukan kayu. Karena selama ini berbagai hasil hutan bukan kayu yang berasal dari lokasi Hkm sebagian besar dijual dengan mentah. Hasil hutannya berpa jahe, pisang, pepaya nangka dll dijual tanpa pengolahan, sehingga tidak ada nilai tambah produk Hkm.
Melalui pengalaman Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) dalam pemasaran dan pengemasan madu hutan sehingga bisa menembus pasar nasional, dengan volume pemasaran mencapai 10 ton dari 2008-2010. Pada sisi lain Koperas Hutan Lestari Desa Batudulang yang merpakan anggota JMHS, membagi pengalaman penataan kerjasama dengan petani madu serta mekanisme pembagian hasil (profit sharing). Pada sisi pengemasan (packaging), telah banyak perubahan dari menggunakan botol 800 ml sekarang telah memiliki berbagai alternatif kemasan yang menjadi kesukaan para konsumen madu hutan.
Koperasi Hutan Lestari Batudulang, selaian unit usaha pengemasan madu, juga mengelolah pengolahan empon-empon (Jahe, Kunyit serta Temulawak dll). Pengolahan Jahe Instan oleh koperasi telah sampai pada pengemasan dengan berbagai model, misalnya schacet.
Kunjungan lain para petani Hkm Lombok ini pada tanggal 15 Februari 2011, sore belajar pengelolaan air di Dusun Wanagiri Desa Sabedo Kec. Utan. Pengelolaan dan pemanfaatan air oleh masyarakat Wanagiri telah merubah dengan drastis yang dulu tahun 1986 merpakan lahan kering tandus dan hanya ditumbuhi alang-alang berubah menjadi pusat buah-buahan di wilayaha Kec. Utan. Hingga sekarang ini menjadi pusat agribisnis buah-buahan. Selama kunjungan para petani dapat memetik pembelajaran tentang pembagian labah (profit sharing), penentuan Harga Perkiraan Produksi (HPP), pengolahan empon-empon, pengolahan dan pemanfaatan air.
Tujuan studi banding; petani Hkm ingin belajar tentang pengemasan dan pemasaran hasil hutan bukan kayu. Karena selama ini berbagai hasil hutan bukan kayu yang berasal dari lokasi Hkm sebagian besar dijual dengan mentah. Hasil hutannya berpa jahe, pisang, pepaya nangka dll dijual tanpa pengolahan, sehingga tidak ada nilai tambah produk Hkm.
Melalui pengalaman Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) dalam pemasaran dan pengemasan madu hutan sehingga bisa menembus pasar nasional, dengan volume pemasaran mencapai 10 ton dari 2008-2010. Pada sisi lain Koperas Hutan Lestari Desa Batudulang yang merpakan anggota JMHS, membagi pengalaman penataan kerjasama dengan petani madu serta mekanisme pembagian hasil (profit sharing). Pada sisi pengemasan (packaging), telah banyak perubahan dari menggunakan botol 800 ml sekarang telah memiliki berbagai alternatif kemasan yang menjadi kesukaan para konsumen madu hutan.
Koperasi Hutan Lestari Batudulang, selaian unit usaha pengemasan madu, juga mengelolah pengolahan empon-empon (Jahe, Kunyit serta Temulawak dll). Pengolahan Jahe Instan oleh koperasi telah sampai pada pengemasan dengan berbagai model, misalnya schacet.
Kunjungan lain para petani Hkm Lombok ini pada tanggal 15 Februari 2011, sore belajar pengelolaan air di Dusun Wanagiri Desa Sabedo Kec. Utan. Pengelolaan dan pemanfaatan air oleh masyarakat Wanagiri telah merubah dengan drastis yang dulu tahun 1986 merpakan lahan kering tandus dan hanya ditumbuhi alang-alang berubah menjadi pusat buah-buahan di wilayaha Kec. Utan. Hingga sekarang ini menjadi pusat agribisnis buah-buahan. Selama kunjungan para petani dapat memetik pembelajaran tentang pembagian labah (profit sharing), penentuan Harga Perkiraan Produksi (HPP), pengolahan empon-empon, pengolahan dan pemanfaatan air.
Minggu, 06 Februari 2011
Discussing the timber, environmental services, water, biodiversity, and carbon absorption, related to forest resources is very common and documented information neatly. But to explore bees, honey, forests, conservation of watershed areas (DAS), and adaptation to climate change, surely represents a "new stuff" that causes a desire to know and want to read what the idea and implementation of these ideas at the field level .
Etnoekology explicitly understood as an order of an ethnic culture that ensures the ongoing processes of production, consumption, and distribution of benefits, for the sustainability of these resources and ethnic diversity. Group Batulanteh forest is a source of spring water for the people of Sumbawa, the source of bee forage because many nectar-producing trees, carbon sequestration that affect climate stability. Because the forest is useful as a place to live honey bees, and in turn honey is harvested for revenue sources, the people in the village Batudulang and participate in, maintain, and utilize their forest resources. This is the key to forest management principled social forestry (social forestry), namely forest "benefits" to the social, cultural, and economic communities. The most fundamental principle has long been ignored by the forestry business actors in developing countries, including Indonesia.
Learning to read nature wisely, learn the relationship between people and forests, must produce the symbolic meanings of the interaction of society and the forest. Symbolic meaning of the object called "honey" is one "drug" for certain diseases. The second symbolic meaning is that "honey bee" symbol of cleanliness of the soul.
The book is worth reading by lecturers, students, NGO activists, forestry practitioners, and government. Honey in the book provides its own sheen, and wrapped by the power of "trust" and "networking" strong as social capital society Batudulang Village.
Etnoekology explicitly understood as an order of an ethnic culture that ensures the ongoing processes of production, consumption, and distribution of benefits, for the sustainability of these resources and ethnic diversity. Group Batulanteh forest is a source of spring water for the people of Sumbawa, the source of bee forage because many nectar-producing trees, carbon sequestration that affect climate stability. Because the forest is useful as a place to live honey bees, and in turn honey is harvested for revenue sources, the people in the village Batudulang and participate in, maintain, and utilize their forest resources. This is the key to forest management principled social forestry (social forestry), namely forest "benefits" to the social, cultural, and economic communities. The most fundamental principle has long been ignored by the forestry business actors in developing countries, including Indonesia.
Learning to read nature wisely, learn the relationship between people and forests, must produce the symbolic meanings of the interaction of society and the forest. Symbolic meaning of the object called "honey" is one "drug" for certain diseases. The second symbolic meaning is that "honey bee" symbol of cleanliness of the soul.
The book is worth reading by lecturers, students, NGO activists, forestry practitioners, and government. Honey in the book provides its own sheen, and wrapped by the power of "trust" and "networking" strong as social capital society Batudulang Village.
Before 2007, farmers honey Sumbawa work without a "friend", just the opposite. Instead they work with situations that trap, even the impact on the price of honey in the level of farmers who until 2007 was not moving up from Rp. 15,000 per bottle. It's an uncomfortable situation for farmers honey Sumbawa. Items can be so difficult in the procession of "heroic" from the public until the honey farmers fell from a high tree that has a bee hive (Sumbawa language: boan). Forest honey in Sumbawa is known of the species Apis dorsata, is the dominant species on the island of Sumbawa. The presence of Forest Honey Network Sumbawa (JMHS) which stood since 2007, opens new space for the growth of forest honey market is more prestigious. JMHS which is part of the Indonesian Forest Honey Network (JMHI) jointly rebuild the empowerment of farmers by providing pressure point on improving the quality of forests and market honey honey honey hutan.Potensi Sumbawa reach 125 tons per year. Internal Data Monitoring Report (IMR) JMHS 2010 showed the potential of honey that can diorganiser by JMHS can reach 45 tons per year.
Since 2008, managed to penetrate the market JMHS AMWAY a multi-level marketing company with total sales of honey around 6 tons until 2010. The success of JMHS penetrate markets multi-level marketing company is not out of partnerships with PD. Dian Niaga wing JMHI business. The procession takes a long time, for one year JMHI / JMHS convince the board AMWAY. Until now, forest honey is marketed by AMWAY derived from APDS (Periau Association Lake Sentarum) from Lake National Park, West Kalimantan and JMHS Sentarum of Sumbawa.
Since 2008, managed to penetrate the market JMHS AMWAY a multi-level marketing company with total sales of honey around 6 tons until 2010. The success of JMHS penetrate markets multi-level marketing company is not out of partnerships with PD. Dian Niaga wing JMHI business. The procession takes a long time, for one year JMHI / JMHS convince the board AMWAY. Until now, forest honey is marketed by AMWAY derived from APDS (Periau Association Lake Sentarum) from Lake National Park, West Kalimantan and JMHS Sentarum of Sumbawa.
Sebelum 2007, petani madu Sumbawa bekerja tanpa "teman", justru sebaliknya. Sebaliknya mereka bekerja dengan situasi yang menjerat, bahkan berdampak pada harga madu di level petani yang sampai 2007 tidak bergerak naik dari Rp. 15.000 per botol. Sungguh situasi yang tidak mengenakkan bagi petani madu Sumbawa. Produk yang begitu sulit di dapat dari prosesi yang "heroik" dari masyarakat hingga petani madu jatuh dari pohon tinggi yang memiliki sarang lebah (bahasa Sumbawa: boan). Madu hutan di Sumbawa dikenal dari species Apis dorsata, merupakan jenis dominan di Pulau Sumbawa.
Keberadaan Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) yang berdiri sejak 2007, membuka ruang baru bagi tumbuhnya pasar madu hutan yang lebih prestisius. JMHS yang merupakan bagian dari Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) secara bersama-sama membangun kembali keberdayaan petani dengan memberikan titik tekan pada perbaikan kualitas madu hutan dan pasar madu hutan.Potensi madu Sumbawa mencapai 125 ton per tahun. Data Internal Monitoring Report (IMR) JMHS 2010 menunjukkan potensi madu yang dapat diorganiser oleh JMHS bisa mencapai 45 ton per tahun.
Sejak tahun 2008, JMHS berhasil menembus pasar AMWAY sebuah perusahaan multi level marketing dengan total penjualan madu mencapai 6 ton sampai 2010. Berhasilnya JMHS menembus pasar perusahaan multi level marketing ini tidak lepas dari kemitraan dengan PD. Dian Niaga sayap bisnis JMHI. Prosesinya memakan waktu cukup lama, selama satu tahun JMHI/JMHS meyakinkan board AMWAY. Hingga saat ini madu hutan yang dipasarkan oleh AMWAY berasal dari APDS (Asosiasi Periau Danau Sentarum) dari Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat dan JMHS dari Sumbawa.
Keberadaan Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) yang berdiri sejak 2007, membuka ruang baru bagi tumbuhnya pasar madu hutan yang lebih prestisius. JMHS yang merupakan bagian dari Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) secara bersama-sama membangun kembali keberdayaan petani dengan memberikan titik tekan pada perbaikan kualitas madu hutan dan pasar madu hutan.Potensi madu Sumbawa mencapai 125 ton per tahun. Data Internal Monitoring Report (IMR) JMHS 2010 menunjukkan potensi madu yang dapat diorganiser oleh JMHS bisa mencapai 45 ton per tahun.
Sejak tahun 2008, JMHS berhasil menembus pasar AMWAY sebuah perusahaan multi level marketing dengan total penjualan madu mencapai 6 ton sampai 2010. Berhasilnya JMHS menembus pasar perusahaan multi level marketing ini tidak lepas dari kemitraan dengan PD. Dian Niaga sayap bisnis JMHI. Prosesinya memakan waktu cukup lama, selama satu tahun JMHI/JMHS meyakinkan board AMWAY. Hingga saat ini madu hutan yang dipasarkan oleh AMWAY berasal dari APDS (Asosiasi Periau Danau Sentarum) dari Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat dan JMHS dari Sumbawa.
Senin, 03 Januari 2011
Jaringan Madu Hutan Sumbawa didirikan 10 Mei 2007 di Sumbawa Besar. Awalnya didirikan oleh 3 koperasi dan sejumlah individu-individu yang concern dengan sumber daya hutan. Saat ini JMHS sudah memiliki badan hukum Perkumpulan akte notaris nomor 12 tanggal 9 Januari 2009 dengan notaris Drs. Joko Derpo Yuwono, SH dengan NPWP 02.675.071.1-913.000. Visi Perkumpulan Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) adalah Jaringan Kuat, Usaha Mandiri, Hutan Lestari.
Saat ini ini JMHS memiliki buyer (pembeli) tetap yakni PD. Dian Niaga Jakarta sejak 2008 hingga sekarang. Melalui PD.Dian Niaga, JMHS telah memasarkan madu Sumbawa sebanyak 9 ton serta pemasaran ke Multilevel Marketing AMWAY melalui PD.Dian Niaga. Melalui pemasaran ini sebagian manfaat pemasaran madu dikembalikan pada petani dalam berbagai bentuk; bantuan pendidikan bagi anak-anak petani madu serta bantaun bagi hasil madu pada petani.
Selama berdirinya JMHS, adapun kegiatan/program yang pernah dilakukan selama ini yakni:
- Pelaksanaan workshop nasional Panen Madu Pohon Tinggi di Sumbawa Besar, Mei 2007 kerjasama dengan Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI);
- Program Penyelamatan Sumberdaya Hutan Berbasis Peningkatan Ekonomi Masyarakat melalui Jaringan Madu Hutan Sumbawa, Desember 2008 - April 2009 kerjasama JMHS - Yayasan SAMANTA;
- Pelatihan Internal Control System, 1 - 4 Juli 2009, kerjasama JMHI - Aliansi Organik Indonesia (AOI) - JMHS;
- Forest Resources Protection for Enhanching Income Generation Through Forest Honey Network Programme, April 2009 - Juni 2010. JMHS funded by EGP IUCN The Netherlands;
- Diklat Pemanfaatan dan Pengelolaan Lebah Hutan, 21 - 27 Juni 2009, Pemda Sumbawa - JMHS, 2010 kerjasama dengan Balai Penelitian Kehutanan Mataram 2010;
- Pertemuan Tahunan Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) VII November 2010 di Desa Batudulang Sumbawa Besar.
Adapun publikasi dari JMHS yakni:
- Majalah Alam Sumbawa
- Film dokumenter Pengelolaan Madu Sumbawa, kerjasama JMHI - NTFP EP dan JMHS 2008
- Poster, bahan ajar kurikulum pendidikan lingkungan hidup muatan lokal konservasi hutan berbasis lebah hutan di Kab. Sumbawa, JMHS - EGP The Netherlands 2010
- Buku: Madu Hutan Sumbawa (Buku bahan ajar lingkungan hidup muatan lokal di Kab. Sumbawa). EGP IUCN - JMHS, 2010.
- Buku: Madu Hutan Menekan Deforestasi (Jalan lain Konservasi DAS dan Adaptasi Perubahan Iklim). EGP IUCN - JMHS, 2010.
- Film dokumenter: Boan The Guardian of Sumbawa Watersheed, EGP IUCN - JMHS - Gekko Studio, 2010
Langganan:
Postingan (Atom)
SELAMAT DATANG
Blog ini ruang bagi petani madu Sumbawa membangun komunikasi dengan dunia luar (show window)
Pesan Produk Kami
Pengikut
Popular Posts
-
Tanggal 7 Juni 2012 bertempat di Jalan Ki Hajar Dewantara Kelurahan Pekat Kec. Sumbawa, Rumah Madu Sumbawa di resmikan oleh Bupati Sumbawa...
-
POTENSI LEBAH MADU HUTAN Apis dorsata DI KAWASAN HUTAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO, RIAU DAN KABUPATEN SUMB...
-
Saat ini banyak produsen, pengusaha madu di banyak daerah membawa nama madu Sumbawa sebagai bagian dari produk ataupun promosinya. Meskipun ...